Sabtu, 11 Oktober 2014

Tata Cara Gurah

Terapi gurah dapat di lakukan dengan 2 cara yaitu  :
GURAH secara langsung.
Caranya dengan meneteskan ramuan tanaman khusus ke dalam  hidung. Khasiat ramuan tersebut membuat syaraf tubuh bereaksi mendorong dan  mengeluarkan lendir kotor, berkuman penyakit, beracun (kopi, rokok, alkohol  dll). Lendir akan keluar lewat rongga hidung dan  mulut.
GURAH dengan kapsul.
Caranya dengan minum ramuan tanaman khusus yang sudah dikemas dalam  bentuk kapsul. seperti GURAH AS-SYIFA terbuat dari sari daun  srigunggu dan akar pelarut lendir. Lendir akan larut dengan keringat dan keluar  lewat pori-pori kulit atau lewat saluran pembuangan. Hasilnya membuat seluruh  saluran pernafasan, pencernaan dan darah akan bersih.

Manfaat Gurah

1. Mengobati berbagai macam penyakit:
  • TBC, asma, sesak nafas, mengguk (batuk  terus menerus), sakit paru-paru.
  • Sakit kepala, mudah pusing, stress,  migren.
  • Flu, pilek, alergi debu, sinusitis,  hidung meler berkepanjangan.
  • Darah tinggi, gangguan lambung, saluran  pernafasan, saluran pernafasan dll.
2. Membuat suara jadi keras, nyaring dan panjang (sangat baik untuk  penceramah, reporter, pengkhotbah, pembawa acara, guru dll).
3. Menjadikan suara merdu, bersih, halus dan empuk (sangat baik untuk  penyanyi, qori-qoriah).
4. Menambah volume paru-paru dan memanjangkan nafas (sangat baik untuk  pengolah nafas tenaga dalam, meditasi, beladiri, atlet, olahragawan,  pesemnam).
5. Otak tambah cerdas, pintar dan lebih pandai (sangat baik untuk  siswa, mahasiswa dan santri).

Gurah Bagi Kesehatan

Suara emas bagi seorang sinden atau penyanyi adalah aset yang perlu  dijaga. Salah satunya dengan terapi gurah yang bermanfaat membersihkan  lendir dan kotoran di saluran napas. Bagaimana memilih terapi gurah yang  aman?.  Gurah adalah cara pengobatan tradisional untuk mengeluarkan lendir dari  dalam tubuh dengan menggunakan ramuan herbal.
Dalam tradisi warga Imogiri, Bantul, Yogyakarta, gurah merupakan  pengobatan tradisional yang dilakukan dengan meneteskan ekstrak daun  Srigunggu (Clerodendron Serratum) ke mulut atau lubang hidung. Terapi  ini sering dilakukan para sinden untuk menjaga kualitas suara agar tetap  merdu.
Dalam perkembangannya, herbal yang digunakan tidak melulu daun  Srigunggu. Beberapa terapis menggunakan jenis dedaunan dari tumbuhan  berkhasiat lainnya, bahkan ada yang menggunakan bumbu-bumbu dapur  seperti cabe dan kunyit.
Tujuannya juga mengalami perkembangan, dari yang semula untuk  membersihkan tenggorokan kini semua organ yang menghasilkan lendir bisa  dibersihkan.
Daun Srigunggu merupakan salah satu herbal yang paling banyak digunakan  untuk gurah, karena memang dari ekstrak tanaman inilah terapi gurah  berkembang. Khasiatnya juga sudah dibuktikan secara ilmiah dan banyak  dibuat dalam bentuk suplemen kapsul gurah.
Penelitian yang membuktikan hal itu dilakukan tahun 2005, oleh Prof dr  Soepomo Soekardono, SpTHT-KL(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas  Gadjah Mada. Dalam kesimpulannya disebutkan gurah dengan ekstrak daun  srigunggu efektif meredakan gejala rinosinusitis kronis seperti ingus  berlebih, bersin dan hidung tersumbat.

Efek Samping Bekam

Apakah terdapat kontraindikasi yang terjadi akibat bekam
Ada beberapa kasus dimana syarat pembekaman kurang terpenuhi, kadang-kadang muncul efek samping berupa mual/muntah (jika terlalu dekat jaraknya dengan makan/<2jam setelah makan), lemas (jika pembekaman terlalu banyak titik), keluarnya gelembung (jika pembekaman terlalu lama dan kekuatan pompa terlalu kuat). Adapun jika dilakukan sesuai “aturan main” maka efek samping tersebut jarang sekali terjadi.

Sejarah Bekam

Sejarah Bekam

Hijamah/bekam/kop/dan banyak istilah lainnya sudah dikenal sejak zaman dulu, yaitu kerajaan Sumeria, kemudian terus berkembang sampai Babilonia, Mesir kuno, Saba, dan Persia. Pada zaman Rasulullah, beliau menggunakan tanduk kerbau atau sapi, tulang unta, gading gajah.
Pada zaman China kuno mereka menyebut hijamah sebagai “perawatan tanduk” karena tanduk menggantikan kaca. Pada kurun abad ke-18 (abad ke-13 Hijriyah), orang-orang di Eropa menggunakan lintah sebagai alat untuk hijamah. Pada satu masa, 40 juta lintah diimpor ke negara Perancis untuk tujuan itu. Lintah-lintah itu dilaparkan tanpa diberi makan. Jadi bila disangkutkan pada tubuh manusia, dia akan terus menghisap darah tadi dengan efektif. Setelah kenyang, ia tidak berupaya lagi untuk bergerak dan terus jatuh lantas mengakhiri upacara hijamahnya.
Seorang herbalis Ge Hong (281-341 M) dalam bukunya A Handbook of Prescriptions for Emergenciesmenggunakan tanduk hewan untuk membekam/mengeluarkan bisul yang disebut tehnik “jiaofa”, sedangkan di masa Dinasti Tang, bekam dipakai untuk mengobati TBC paru-paru . Pada kurun abad ke-18 (abad ke-13 Hijriyah) , orang-orang di Eropa menggunakan lintah (al ‘alaq) sebagai alat untuk bekam (dikenal dengan istilah Leech Therapy) dan masih dipraktekkan sampai dengan sekarang.
Kini pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan mudah pemakaiannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan suatu alat yang praktis dan efektif.Disebutkan oleh Curtis N, J (2005), dalam artikel Management of Urinary tract Infections: historical perspective and current strategies: Part 1-before antibiotics. Journal of Urology. 173(1):21-26, January 2005. Bahwa catatan Textbook Kedokteran tertua Ebers Papyrus yang ditulis sekitar tahun 1550 SM di Mesir kuno menyebutkan masalah Bekam.
Hippocrates (460-377 SM), Celsus (53 SM-7 M), Aulus Cornelius Galen (200-300 M) mempopulerkan cara pembuangan secara langsung dari pembuluh darah untuk pengobatan di zamannya. Dalam melakukan tehnik pengobatan tersebut, jumlah darah yang keluar cukup banyak, sehingga tidak jarang pasien pingsan. Cara ini juga sering digunakan oleh orang Romawi, Yunani, Byzantium dan Italia oleh para rahib yang meyakini akan keberhasilan dan khasiatnya.
Kapan Hijamah dikenal dan berkembang di Indonesia?
Tidak ada catatan resmi mengenai kapan metode ini masuk ke Indonesia, diduga kuat pengobatan ini masuk seiring dengan masuknya para pedagang Gujarat dan Arab yang menyebarkan agama Islam.
Metode ini dulu banyak dipraktekkan oleh para kyai dan santri yang mempelajarinya dari “kitab kuning” dengan tehnik yang sangat sederhana yakni menggunakan api dari kain/kapas/kertas yang dibakar untuk kemudian ditutup secepatnya dengan gelas/bekas botol. Waktu itu banyak dimanfaatkan untuk mengobati keluhan sakit/pegal-pegal di badan, dan sakit kepala atau yang dikenal dengan istilah “masuk angin”.
Tren pengobatan ini kembali berkembang pesat di Indonesia sejak tahun 90-an terutama dibawa oleh para mahasiswa/pekerja Indonesia yang pernah belajar di Malaysia, India dan Timur Tengah. Kini pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan mudah pemakaiannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan suatu alat yang higienis, praktis dan efektif.

Jenis Bekam

  • Bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah), yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering ini berkhasiat untuk melegakan sakit secara darurat atau digunakan untuk meringankan kenyerian urat-urat punggung karena sakit reumatik, juga penyakit-penyakit penyebab kenyerian punggung. Bekam kering baik bagi orang yang tidak tahan suntikan jarum dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari. Prinsip dasar penggunaan bekam kering menurut TCM teknik sedasi/pelemahan dan pengeluaran pathogen yang berlebih/ekses. Unsur yang dikeluarkan dalam bekam kering adalah: Qi/energy , angin, panas dan Api.
  • Bekam basah (Hijamah Rathbah), yaitu pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita melukai permukaan kulit dengan jarum tajam, lalu di sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pumpuntuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9 menit, lalu dibuang darah kotornya. Penghisapan tidak lebih dari 7 kali hisapan. Darah kotor berupa darah merah pekat dan berbuih. Dan selama 3 jam setelah di-bekam, kulit yang lebam itu tidak boleh disiram air. Jarak waktu pengulangan bekam pada tempat yang sama adalah 3 minggu saja. Menurut Tradisional Chinese Medicine (TCM) Bekam basah adalah teknik pelemahan dan pengeluaran pathogen yang berlebih. Unsur yang dikeluarkan dalam bekam basah adalah: Qi/energy, Xue/darah , Angin, panas dan Api.
  • Bekam Api (Fire Cupping), yaitu teknik membekam menggunakan api sebagai media vakum/membekam. Bekam api menggunakan gelas khusus bekam api yang terbuat dari kaca tebal. Bekam Api berkembang luas di CIna sebagai teknik pengobatan yang banyak sekali digunakan selain akupuntur. Konsep TCM menyatakan bahwa bekam api digunakan untuk mengeluarkan patogen angin dan dingin. Bagi tipikal pasien yang mengalami sindrom panas dan kering tidak dianjurkan menggunakan bekam api.
Catatan kecil : Dengan perkembangan bekam yang begitu fenomenal di Indonesia dan di Dunia,dari pembelajaran Ustadz H. Galih Gumelar, ST, M.Si salah satu penggelut bekam terkemuka di Indonesia menyatakan bahwa Jenis bekam kini menjadi lima,diantaranya :
  • Bekam Kering
  • Bekam Basah
  • Bekam Seluncur
  • Bekam Agresif
  • Bekam Illahi

Waktu Bekam

Sebaiknya berbekam dilakukan pada pertengahan bulan, karena darah kotor terkumpul dan lebih terangsang (darah sedang pada puncak gejolak). Anas bin Malik radhiallaahu ‘anhu menceritakan bahwa : “Rasulullah SAW biasa melakukan hijamah pada pelipis dan pundaknya. Ia melakukannya pada hari ketujuhbelas, kesembilanbelas atau keduapuluhsatu.” (Diriwayatkan oleh Ahmad).

Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan penjagaan diri terhadap penyakit. Adapun untuk pengobatan penyakit, maka harus dilakukan kapan pun pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini Imam Ahmad melakukan bekam pada hari apa saja ketika diperlukan.
Imam asy-Syuyuthi menukil pendapat Ibnu Umar, bahwa berbekam dalam keadaan perut kosong itu adalah paling baik karena dalam hal itu terdapat kesembuhan. Maka disarankan bagi yang hendak berbekam untuk tidak makan-makanan berat 2-3 jam sebelumnya.
  1. Dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berbekam pada hari ke-17, 19 dan 21 (tahun Hijriyah), maka ia akan sembuh dari segala macam penyakit.” (Shahih Sunan Abu Dawud, II/732, karya Imam al-Albani)
  2. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallaahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: “
Sesungguhnya sebaik-baik bekam yang kalian lakukan adalah hari ke-17, ke-19, dan pada hari ke-21.” (Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani (II/204))
  1. Dari Anas bin Malik radhiallaahu ‘anhu, dia bercerita: ” Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam biasa berbekam di bagian urat merih dan punggung. Ia biasa berbekam pada hari ke-17, ke-19, dan ke-21.” (HR, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, sanad shahih)
  2. Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Berbekamlah pada hari ke-17 dan ke-21, sehingga darah tidak akan mengalami hipertensi yang dapat membunuh kalian’.” (Kitab Kasyful Astaar ‘an Zawaa-idil Bazar, karya al-Haitsami (III/388))
Ibnu Sina di dalam kitabnya Al-Qaanun mengatakan : “Diperintahkan untuk tidak berbekam di awal bulan karena cairan-cairan tubuh kurang aktif bergerak dan tidak normal, dan tidak diakhir bulan karena bisa jadi cairan-cairan tubuh mengalami pengurangan. Oleh karena itu diperintahkan melakukan bekam pada pertengahan bulan ketika cairan-cairan tubuh bergolak keras dan mencapai puncak penambahannya karena bertambahnya cahaya di bulan”.